Bukan Novel Hantu Tapi Tetep Serem!
Judul : Misery
Penulis : Stephen King
Tahun Terbit : 1947
Cetakan : Ke-40
Penerbit : New English Library Hodder & Stoughton
Bahasa : Inggris
Jumlah Halaman : 369
Rate : 4.75 dari 5 Bintang
Pertama kali aku baca Misery ini di tahun 2017. Tapi saat itu aku tertahan di bagian 2/3 awal. Stuck, tidak bisa melanjutkan. Bukan karena ceritanya tidak seru atau bikin bosan ya. Tetapi karena ada bagian yang menurutku menjijikan dan mengganggu sampai-sampai aku susah untuk baca bagian itu. Mau dilewat takutnya malah nanti tidak akan bisa meresapi cerita selanjutnya. Untuk itu, aku putuskan untuk berhenti baca hingga hatiku siap untuk menerima semua cerita mengganggu tersebut.
Dua tahun berlalu, film IT Chapter Two pun release. Setelah menonton film itu, aku memutuskan untuk mulai baca lagi Misery. Mulai dari awal lagi, meskipun aku masih ingat jelas bagian apa yang mengganggu pikiran aku. Tibalah dibagian yang sama, namun sekarang aku bisa membacanya dengan tenang. Memang semenyeramkan itu ya? Yuk simak dulu sinopsisnya :
Mengisahkan tentang seorang penulis terkenal, Paul Sheldon, yang diselamatkan dari kecelakaan oleh Annie Wilkes. Ya, itu hal yang dipikirkan Paul. Hingga akhirnya dia sadar bahwa dia terbangun di sebuah kamar yang kecil, tak berdaya karena kakinya terluka parah dan tentu saja kesakitan. Bukan hanya itu saja, Annie Wilkes ternyata adalah fans nomor satunya. Keadaan semakin memburuk ketika hidup Paul kini berada ditangan Annie dan apalagi ketika Annie mengetahui akhir cerita dari seri nobel yang Paul tulis.
Di buku ini, Stephen King bereksperimen dengan psikologis manusia. Rasa takut manusia terhadap sesuatu yang nyata. Dari awal kita sudah disuguhkan dengan fakta bahwa Paul ditawan oleh fans fanatic nya. Tidak disiksa secara fisik, tapi secara psikologis. Bagaimana dari awal si Anne ini bisa membuat Paul bergantung pada nya dan membuat seolah-olah dia tidak bisa apa-apa tanpa diri nya sehingga niatan Paul untuk melarikan diri dari tempat itu tidak ada sedikitpun. Kenapa coba? Karena dia tidak punya kepercayaan diri untuk sanggup keluar dari situ dengan keadaan nya yang seperti itu.
Moaning, crying, he pulled the blankets up. No rolling out of bed. Better to lie here, die here, better to accept this level of pain, terrific as it was, until all pain was gone.
Cerita pun semakin tegang saat Anne membaca buku terakhir dari seri Misery yang Paul tulis dan Paul sadar akan apa yang terjadi nanti karena akhir cerita dari buku nya tidak akan membuat para penggemar Misery bahagia. Meningkatlah sudah siksaan nya dan di sini mulai terlihat perubahan sikap Anne. Dia menjadi lebih ‘gila’ dan siksaan fisik pun dimulai.
Whatever had been wrong with her this morning was worse tonight. Much worse. He realized he was seeing her with all her mask put aside – this was the real Annie, the inside Annie.
Jadi, semakin mendekati akhir cerita siksaan nya pun naik kelas. Semakin menjadi-jadi dan tidak manusiawi. Bagusnya, aku sebagai pembaca sangat larut dalam ceritanya hingga semuanya terasa nyata. Aku bisa membayangkan di luar sana ada orang gila seperti Annie. Itu membuktikan bahwa Stephen King bisa membawakan cerita dengan baik. Ya, meskipun kita harus beradaptasi dulu.
Kalau mau membahas karakternya di sini hanya dua karakter utama, Annie Wilkes dan Paul Sheldon. Annie Wilkes di sini adalah definisi dari orang gila sesungguhnya. Dia seperti bipolar yang memiliki dua sisi yang berbeda. Sangat manupulatif. Sedangkan Paul Sheldon adalah seorang penulis yang genius. Dia bukan seseorang yang punya kepribadian kuat juga dan bukan ahli bela diri. Jadi, ketika dia dihadapkan dengan seseorang yang seperti Annie, ya begitu lah jadinya. Gampang dimanipulasi.
Meskipun aku suka dengan ceritanya, tetapi ada saja hal yang mengganjal. Cara penulisannya agak tricky ya.. Diawal kita disuguhkan cerita dari sudut pandang ketiga tetapi tiba-tiba harus beralih ke sudut pandang pertama (Paul) dan juga dengan bayangan dan alur flasbacknya. Apalagi aku baca format mass market yang tulisannya kecil-kecil, harus tabah banget. Ketika sudah tahu pola penulisan nya, aku pun yang tadinya sempet berulang baca bagian yang tidak dimengerti, langsung terbiasa. Ceritanya jadi mengalir begitu aja. Kunci nya itu, tahu polanya.
Selain itu, novel Misery yang ditulis Paul yang sudah membuat Annie tergila-gila ini tidak pernah dijelaskan secara eksplisit mengapa sampai seperti itu. Kita hanya diberi fakta bahwa Annie tergila-gila. Itu saja. Aku kan penasaran, apa ada hubungannya karakter tersebut dengan background kehidupan pribadi Annie sehingga dia merasa terkoneksi dan menjadi fanatik terhadap tokoh tersebut. Meskipun nantinya ada bagian yang menyinggung soal karakter novelnya tapi aku tidak menemukan sesuatu yang bisa menjawab pertanyaan itu. Ya, akhirnya aku merasa ada bagian yang hilang dari cerita ini.
Terlepas dari hal tersebut, buku ini mampu membuat aku takut saat membacanya. Merasakan ketakutan Paul. Selalu berharap halaman selanjutnya cerita ini berakhir (tentu saja tidak, malah naik level). Ceritanya sangat membekas sampai sekarang dan aku yakin untuk beberapa waktu kedepannya sampai aku bisa menemukan buku yang lebih mencekam daripada ini. Sekarang, jika ada yang meminta rekomendasi buku, akan aku langsung jawab : Misery by Stephen King.
Warning : Kalian tidak akan mendapati sesuatu yang membahagiakan dalam novel ini. Jadi, persiapkan diri kalian sebelum baca.